Jumat, 31 Januari 2014

BUDAYA KONSUMTIF DAN GAYA HIDUP


A.    Latar Belakang
Seiring dengan tingginya produksi, distribusi dan peredaran produk barang dan jasa, beserta iklan-iklan produksi sedikit banyak mempengaruhi pola pikir masyarakat. Budaya konsumtif akhirnya lahir sebagai bentuk pemenuhan gaya hidup seperti yang dikampanyekan dalam iklan.
Faktor lingkungan memberikan peranan besar pembentukan perilaku konsumtif. Masyarakat lebih senang belanja barang bermerek meskipun kualitasnya terkadang tidak lebih baik daripada barang dengan merek yang tidak begitu terkenal. Kecenderungan demikian terbangun karena terkait citra diri, bahwa dengan mengenakan pakaian bermerek maka statusnya akan terangkat (Rosandi, 2004).
Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang dan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Orang akan cenderung memilih produk, jasa, atau aktivitas tertentu karena hal itu diasosiasikan dengan gaya hidup tertentu. Misalnya orang-orang yang berorientasi pada karir akan memilih pakaian, buku, majalah, komputer, dan barang-barang lainnya yang berbeda dengan mereka yang berorientasi pada keluarga.
Pada tingkat lanjut, antara sifat konsumtif dan gaya hidup ini saling terpaut erat. Demi memenuhi gaya hidup, seseorang akan bersifat konsumtif (melakukan pembelian produk atau jasa) meskipun hal tersebut bertolak belakang dengan realitas kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya.
 
B.     Defenisi
Menurut Rosandi (2004) perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Sabirin (dalam Wardhani, 2009) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai suatu keinginan dalam mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang dibutuhkan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) dan Mowen (1995) gaya hidup adalah suatu pola hidup yang menyangkut bagaimana orang menggunakan waktu dan uangnya. Gaya hidup juga dapat didefinisikan sebagai suatu frame of reference atau kerangka acuan yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku, dimana individu tersebut berusaha membuat seluruh aspek kehidupannya berhubungan dalam suatu pola tertentu, dan mengatur strategi begaimana ia ingin dipersepsikan oleh orang lain. Gaya hidup terdiri dari kegiatan, minat, dan opini. Kegiatan adalah tindakan nyata seperti menonton suatu media, berbelanja di toko, atau menceritakan kepada orang lain mengenai hal baru (perilaku konsumtif). Minat akan semacam objek, peristiwa, atau topik adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus kepadanya. Opini adalah “jawaban” lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap situasi stimulus dimana semacam pertanyaan diajukan.
 
C.    Dampak
Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang yang akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Gaya hidup ikut berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan didukung oleh fasilitas-fasilitas yang ada. (Wagner, 2009: 9). Dalam artian luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Perilaku konsumtif adalah perilaku manusia yang melakukan kegiatan konsumsi yang berlebihan.
Perilaku konsumtif ini pada beberapa sisi memberikan dampak positif, antara lain:
1. Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar.
2. Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan, karena konsumen akan berusaha menambah penghasilan agar bisa membeli barang yang diinginkan dalam jumlah dan jenis yang beraneka ragam.
3. Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Namun bila dilihat dari sisi negatifnya, maka perilaku konsumtif akan menimbulkan dampak:
1. Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal, barang tersebut diperlukan atau tidak, sehingga bagi orang yang tidak mampu mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti itu.
2. Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.
3. Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di masa datang.

Dewasa ini gaya hidup pria ”metroseksual” yaitu pria yang menjaga penampilan, senang berdandan, melakukan perawatan rambut, wajah, dan tubuh banyak pada pria masa sekarang. Kecenderungan ini membuat industri kecantikan, produk-produk perawatan wajah dan tubuh menjadi peluang bisnis yang menarik. Perkembangan produk teknologi informasi beserta iklan-iklan yang mempromosikannya juga telah melahirkan perlombaan penggunaan gadget, padahal tidak seluruh pengguna gadget ini membutuhkan dan menggunakan semua fitur yang dimiliki oleh gadget yang dimilikinya. Munculnya tempat-tempat hiburan seperti karaoke keluarga setidaknya telah menambah khasanah gaya hidup dan konsumtif masyarakat dalam memuaskan hasrat hidupnya.


DAFTAR REFERENSI
Engel, James F., Blackwelll, Roger D., Miniard, Paul W. 1995. Consumer Behavior (7th ed). Harcourt Brace College Publisher. Orlando.
Rosandi, Andika Filona. 2004. Perbedaan Perilaku Konsumtif Antara Mahasiswa Pria dan Wanita di Universitas Katolik Atma Jaya. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya. Jakarta.
Wardhani, Meida Devi. 2009. Hubungan antara konformitas dan harga diri Dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Skripsi. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. http://eprints.uns.ac.id/5067/1/02407200912221.pdf (diakses pada 12 November 2013).
Wagner. 2009. GAYA HIDUP “SHOPPING MALL” SEBAGAI BENTUK PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI PERKOTAAN (Kasus: Konsumen Remaja di Tiga One Stop Shopping Mall di Jakarta). Skripsi. Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14508/1/10E00081.pdf (diakses pada 12 November 2013).










 
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar