Selasa, 29 September 2015

Syiah Iran Dalang TRAGEDI MINA 2015..??



Di luar dugaan, jumlah korban meninggal tragedi Mina kali ini sangat besar, ditambah korban cidera dan luka-luka. Tampaknya ada yang tidak wajar. Kenapa?

Dahulu ketika jamarat masih sempit (tidak seluas sekarang), ketika terjadi insiden desak-desakan jumlah korban meninggal tidak sampai di atas 200 jamaah.

Petugas haji Saudi Arabia yang diturunkan sangat banyak dan sangat lebih dari cukup. Mereka sigap dan tangkas bekerja di lapangan memberikan pelayanan yang terbaik. Mereka adalah para petugas yang terlatih, professional, dan berpengalaman. Komitmen Pemerintah Saudi Arabia tidak main-main dalam memberikan khidmat terhadap Haramain dan pelayanan haji. Biaya besar dikeluarkan, berbagai saran dan masukan diterima dengan lapang dada, berbagai evaluasi dan perbaikan pelayanan terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Bahkan ada departemen dan kementerian khusus yang mengatur urusan haji dan pengelolaannya. Di antara hasil nyatanya, dalam waktu 10 tahun terakhir hampir-hampir tidak terdengar ada musibah yang berarti. Tentu saja itu semua berkat karunia Allah Taala Sang Pencipta dan Pemelihara manusia beserta jagat raya ini.

Pada tahun-tahun sebelumnya, pada jam yang sama dengan waktu kejadian tragedi Mina kemarin, arus jamaah memang padat, namun karena tertib dan teratur semuanya berjalan dengan lancar, termasuk jamaah haji bisa melempar jumrah dengan tertib, lancar, dan aman.

Tragedi kemarin terjadi BUKAN di jalan utama, melainkan di jalan cabang. Di tengah perkemahan resmi jamaah haji. Sebagaimana dilaporkan oleh Jubir Resmi Saudi Arabia, bahwa jalan tersebut merupakan jalan cabang, dan penumpukan jamaah dalam jumlah besar di jalan cabang tersebut BELUM PERNAH TERJADI SEBELUMNYA!!

Tempat terjadi tragedi, masih sangat jauh dari Jamarat, kurang lebih 2 Km!!

Jadi, lokasi tragedi tersebut di tengah perkemahan resmi, maka korbannya kemungkinan besar adalah jamaah haji resmi yang memiliki tenda resmi.

Jadi sekali lagi, insiden bukan di Jamarat, bukan pula di jalur utama pejalan kaki!!

Biasanya di jalan cabang ini, minim kerawanan insiden. Tingkat kepadatannya pun tidak seperti di jalur utama pejalan kaki. Kalau jamaah berjalan searah, walaupun dalam jumlah banyak, insya Allah aman dan lancar, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Maka sangat besar kemungkinan tragedi memilukan ini memang SUDAH DIDESAIN sedemikian rupa, ada orang-orang yang disiapkan untuk membuat kegaduhan dan keributan, kemudian sudah disiapkan pula statement-statement politiknya.

Jelas ada kepentingan besar untuk menjatuhkan Saudi Arabia di mata internasional. Musim haji merupakan waktu yang sangat tepat untuk membuat kegaduhan, yang dengan itu menjadi sarana sangat efektif untuk memojokkan Pemerintah Negeri Tauhid tersebut.

Fakta di lapangan membuktikan, bahwa tragedi berawal dari jamaah haji Iran yang sengaja bergerak melawan arus. Sebagaimana dilaporkan di media, pengakuan salah seorang pimpinan jamaah haji Iran, bahwa gerakan 300 jamaah haji Iran yang melawan arus sebagai sebab di balik tragedi Mina.

Iran sangat berkepentingan untuk membuat keributan pada musim haji, untuk menjatuhkan Saudi Arabia, menyusul kekalahan Syiah Hutsi di Yaman dukungan Iran, yang dengan rahmat Allah bala tentara Tauhid berhasil memukul mundur kaum Syiah Hutsi di Yaman.

Dilaporkan oleh salah satu media juga, bahwa mantan diplomat Iran mengungkap rencana intelijen pemerintah Iran untuk mempermalukan Kerajaan Arab Saudi dengan merusak pelaksanaan haji di musim ini. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan elemen-elemen ISIS dan beberapa elemen yang berada di bawah intelijen Iran.

Dinyatakan juga oleh mantan diplomat Iran tersebut bahwa pemerintah Iran telah menyepakati bahwa cara terbaik dan waktu terbaik untuk menghadapi Arab Saudi adalah ketika musim haji. Pemerintah Iran juga bersepakat bahwa kalau sekiranya tidak bisa menimbulkan keributan pada musim haji tahun ini, mereka akan kehilangan kesempatan dan harapan untuk membalas kekalahan sekutu mereka di Yaman (kelompok Houtsiyin) yang diserang oleh koalisi negara-negara Arab pimpinan Arab Saudi.

Mantan diplomat Iran tersebut juga menuturkan bahwa rencana ini telah dibahas dalam sebuah pertemuan, sepekan setelah bulan suci Ramadhan. Hadir dalam perencanaan tersebut adalah Ali Khamenei, beserta dengan tokoh-tokoh keamanan Iran seperti Qasem Sulaimany, Ali Akbar Wilayaty, Ali Larijani dan Alauddin Baroujerdi. Pertemuan tersebut digelar selama berjam-jam!!

Tepat sehari sebelum tragedi Mina, ketika jamaah Haji kaum muslimin sedang khusyu’ melaksanakan ibadah wuquf di Arafah, sebuah akun Facebook milik Hassan M Assegaf menebar provokasi melakukan pergerakan. Yang ternyata isi tulisan di facebook milik Irancorner Hassan M Assegaf itu SAMA PERSIS dengan isi akun resmi IJABI Pusat, juga diposting sehari sebelum tragedi Mina!!

Patut kita renungkan:

Bertahun-tahun pemerintah Saudi Arabia memberi pelayanan dengan tanpa ada insiden, pernahkah ada yang memberi apresiasi? Terkhusus negara Iran, pernahkah mengungkapkan penghargaan dan rasa terima kasih pada saat musim-musim haji yang telah lalu yang berlangsung sangat tertib dan khidmat? Tapi, mengapa begitu ada musibah, negara Iran tidak menampakan keinginan membantu pemerintah Saudi bahkan berlaku murka kepada pemerintah Saudi. Itu ditandai dengan kecaman Ali Khameini terhadap pemerintah Saudi.

Ada apa dibalik ini semua??

Mana suara kaum liberal, Syiah, dan orang-orang berpenyakit hatinya kala pemerintah Saudi bertahun-tahun mampu dan sangat perhatian terhadap keberlangsungan ibadah haji dengan penuh khidmat? Adakah mereka mengapresiasi pemerintah Saudi? Walaupun, penulis yakin, pemerintah Saudi sendiri tidak mengharap pujian dan sanjungan dari negara dan atau individu manapun.

Tahun ini pun, pelayanan pemerintah Saudi Arabia terhadap Jamaah Haji tidak ada yang berkurang, bahkan makin meningkat sebagaimana diakui oleh para jamaah Haji.
Namun tidak ada seorang pun yang bisa melawan Kuasa Allah. Dengan Hikmah dan Keadilan-Nya, Allah menghendaki terjadinya Tragedi ini.

Sungguh bertentangan dengan agama dan akal yang sesat, apabila tragedi ini dijadikan alasan untuk memojokkan dan menjatuhkan Saudi Arabia, seraya melupakan berbagai jasa baik yang sangat banyak, bahkan lupa atas kekuasaan dan keadilan Allah??

Mari kita turut andil membela al-haq dari serangan kuffar, munafiqin, dan para pembenci negeri tauhid. Ingat, kita membela Saudi bukan karena mereka semata-mata Saudi. Tapi kita membela Saudi karena mereka SATU-SATUNYA negara di dunia yang menjadikan Alquran dan as-Sunnah sebagai undang-undang. 



*) Disarikan dari Web Minhajin Anbiya


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/09/27/75017/soal-mina-syiah-iran-dalangnya-dan-saudi-jadi-korbannya/#ixzz3n1NHTKV1 

Kejahatan Syiah di Balik Duka Mina 1436 H

Tragedi Mina yang terjadi kemarin (24/9) mengejutkan banyak pihak. Setelah sebelumnya badai pasir dan hujan lebat menyebabkan jatuhnya alat berat yang menewaskan seratusan jiwa, kini lebih dari 700 nyawa melayang dalam tragedi Mina. Angka korban tewas ini menjadi jumlah terbesar kedua dalam penyelenggaraan ibadah haji khususnya di Mina dalam kurun waktu 30 tahun terakhir setelah tragedi Mina 1990 yang menewaskan 1426 jiwa.

Dunia Islam tersentak. Namun kali ini ada yang berbeda dengan tragedi Mina 1990. Kini alur informasi begitu cepat tersebar, baik yang valid maupun yang tak jelas sumbernya. Media sosial mengambil peran utama dalam hal ini. Hanya berselang satu hari bermunculanlah siaran-siaran pesan yang menbahas tragedi Mina kali ini. Media-media televisi—apalagi cetak—jauh tertinggal dengan tersebarnya kabar melalui media sosial.

Akibat dari tersebarnya berbagai siaran pesan tersebut, informasi tentang tragedi Mina mulai bergeser dari doa dan data korban tragedi menjadi berkembang dan cenderung liar ke arah siapa yang layak disalahkan dalam tragedi ini. Bermunculan spekulasi, dan jika ditarik garis pemisah opini yang berkembang ke arah Saudi versus Iran.

Beberapa pihak menyebarkan informasi bahwa penyebab utama tragedi Mina ini adalah jamaah haji asal Iran yang tidak tertib dalam mengambil jalur perjalanan. Sementara pihak pro Iran mengatakan Saudi selaku penyelenggara tidak becus mengatur pelaksanaan rangkaian ibadah haji di Mina. Ditambah bumbu penyedap dimana konon sebagian jalan ditutup karena putra mahkota ingin melalui jalan tersebut sehingga menyebabkan penumpukan jamaah haji dari dan akan menuju lokasi jumrah Aqabah.

Terlepas dari berbagai spekulasi yang berkembang melalui media sosial, ada yang menarik dari “perang” opini yang terjadi pasca tragedi Mina sehari lalu. Pihak-pihak yang gencar melakukan protes keras kepada kerajaan Saudi Arabia sebagai penyelenggara dan penanggungjawab ibadah haji adalah Iran dan pihak-pihak yang pro terhadap mereka.

Media-media pro Iran pun gencar membentuk opini sedemikian rupa yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Saudi-lah biang keladi dari tragedi Mina. Opini dari kubu pro Iran pun semakin renyah karena dibalas dengan pihak-pihak anti Iran. Pada akhirnya, ide internasionalisasi Mekkah dan Madinah pun kembali dikemukakan oleh kubu pro Iran.

Ide internasionalisasi Mekah dan Madinah bukanlah barang baru. Pada dekade 80-an ide ini pernah dipopulerkan oleh pemimpin spiritual tertinggi Syiah sekaligus pemimpin revolusi Iran, Khomeini. Khomeini meminta agar pengelolaan dua kita suci umat Islam itu dikelola oleh Komite Islam Internasional dan tidak dibawah pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Seruan Khomeini ini pun berujung kepada tragedi Mekah pada 1987 dimana 400 lebih warga Iran tewas setelah membuat kerusuhan di Mekkah. Berbagai kalangan menilai insiden Mekah 1987 itu akibat dari provokasi dari Khomeini.

Kembali ke tragedi Mina kemarin, berbagai opini gencar disuarakan kepada para pendukung Iran. Mereka menyuarakan bahwa Saudi adalah pihak yang tidak becus menjadi penyelenggara haji, dan sudah saatnya pengelolaan dua kota suci umat Islam di-internasionalisasi. Ide Khomeini pun kembali dimunculkan, walau tanpa menyebut sang empunya.

Dengan kata lain politisasi tragedi Mina menjadi isu Iran versus Saudi menjadi terdengar sumbang, ada pihak yang memang sengaja menginginkan isu ini kembali mengemuka. Setumpuk kepentingan di balik isu internasionalisasi dua kota suci pun terasa. Mulai dari kepentingan politik, ekonomi dan hegemoni dunia Islam terlihat.

Iran yang notabene menganut agama Syiah sangat berkepentingan dengan ide internasionalisasi. Selain mereka melanjutkan ide Khomeini, tentu mereka juga berkepentingan untuk mendelegitimasi Saudi sebagai rival mereka dalam pertarungan geopolitik Timur Tengah plus kekuatan pengaruh di dunia Islam.

Jika boleh sedikit berandai-andai, tidak ada jaminan penyelenggaran haji dan pengelolaan dua kota suci menjadi lebih baik jika dialihkan dari tangan Saudi Arabia. Justru tantangan kompleks akan menanti dengan terlibatnya sejumlah pihak dalam mengaturnya. Kita perlu juga menyadari mengatur 1.355.000 jiwa ditambah 48.000 jamaah haji domestik— berasal dari budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda—dalam satu titik yang sama tidaklah mudah,.

Menyalahkan pihak penyelenggara, dalam hal ini Saudi Arabia seperti opini yang beredar, tak lepas dari aroma kebencian Iran (penganut Syiah) pada Saudi Arabia dan merekapun selalu bernafsu untuk melepas dominasi Saudi pada dua kota suci. Iran yang Syiah punya hajat untuk menguasai dua kota suci dan tentu tujuan mereka tidak perlu dirinci disini, yang pasti mereka adalah aliran sesat yang merusak. Kita pun tahu apa jadinya jika Iran yang syiah turut andil mengelola dua kota suci.

Namun terburu-buru menyalahkan jamaah asal Iran sebagai penyebab tragedi Mina juga perlu dikoreksi, mengingat tragedi ini bukan baru satu kali, apakah kita mau menyimpulkan bahwa seluruh tragedi di Mina sejak kurun 30 tahun belakangan selalu disebabkan oleh jamaah Iran? Tentu ini kesimpulan yang berlebihan.

Kita tidak boleh terbuai dengan pertarungan opini yang terjadi, ingat hasil investigasi terkait tragedi Mina belum diumumkan, mari kita sama-sama bersabar untuk mendapatkan informasi akurat seputar penyebab tragedi tersebut dari sumber-sumber yang bertanggungjawab.

Terkait internasionalisasi pengelolaan dua kota suci, selama dikelola oleh umat Islam (bukan Syiah bukan pula PBB serta pihak mana pun di luar Islam) dan tak ada syariat yang diubah dalam praktik ibadah haji selama ini, maka semua pintu yang diyakini akan membawa kebaikan bersama, syariat Islam senantiasawelcome.

Penulis: Usyaqul Hurr