Selasa, 31 Desember 2013

Gagalnya ‘Rekayasa’ untuk PKS: Teori Contructivism

1382834046106380752
searc google.co.id
TEORI CONTRUCTIVISM 
Menjelang pemilihan umum 2014, publik Indonesia makin diramaikan dengan berbagai pemberitaan kasus korupsi yang melibatkan elit – elit partai politik yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebagian kasus sudah memiliki ketetapan hukum berdasarkan putusan pengadilan, sebagian sedang menjalani proses hukum dan sebagian masih menjalani proses penyidikan.
Pada bulan September 2012 Kementerian Sekretariat Negara mempublikasikan catatan pemberian izin penyelidikan dan penyidikan pejabat negara dan anggota dewan yang terlibat kasus hukum. Namun Sekretariat Negara tidak memerinci berapa jumlah pejabat yang hanya terlibat kasus korupsi. Berikut ini adalah data yang dirilis Sekretariat Kabinet berdasarkan partai politik induk para pejabat negara terduga korupsi dan pelaku tindak pidana umum tersebut:
Peringkat 1: Partai Golkar 64 orang (36,36 persen),
Peringkat 2: PDI-P 32 orang (18,18 persen),
Peringkat 3: Partai Demokrat 20 orang (11,36 persen),
Peringkat 4: PPP 17 orang (3,97 persen);
Peringkat 5: PKB 9 orang (5,11 persen),
Peringkat 6: PAN 7 orang (3,97 persen),
Peringkat 7: PKS 4 orang (2,27 persen),
Peringkat 8: PBB 2 orang (1,14 persen),
Peringkat 9: PNI Marhaen, PPD, PKPI, Partai Aceh masing-masing 1 orang (0,56 persen),
Peringkat 10: Birokrat/TNI 6 orang (3,40 persen),
Peringkat 11: Independen/non partai 8 orang (4,54 persen).
Peringkat 12: Gabungan partai 3 orang (1,70 persen).
Pada 30 Januari 2013, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga anggota DPR-RI, Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) ditangkap oleh KPK dan ditetapkan sebagai tersangka kasus impor daging sapi di Kementerian Pertanian. Kasus ini bermula dari penangkapan Ahmad Fathanah, seorang teman dekat Luthfi yang awalnya diduga juga sebagai kader PKS, tetapi kemudian dibantah oleh Anis Matta yang saat itu menjabat sebagai sekretaris jenderal PKS. Bantahan ini diulangi oleh Fathanah sendiri di hadapan pengadilan. LHI menjadi politisi PKS pertama yang menjadi tersangka KPK (http://id.wikipedia.org).
Kasus ini melebar dan berindikasi pada Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang melibatkan para wanita, artis dan selebritis nasional teman Ahmad Fathanah dalam aliran dananya. Kasus inipun menjadi head line diberbagai media massa dan media sosial. Pemberitaan tentang LHI dan PKS yang menyertakan nama – nama wanita ‘disekeliling’ Ahmad Fathanah tentunya mencoreng citra PKS dimata publik sebagai partai Islam/dakwah yang sebelumnya memiliki tag line bersih – peduli  dan profesional.
PKS akhirnya melakukan suksesi kepemimpinan dan konsolidasi internal dalam hitungan jam setelah pengunduran diri LHI sebagai Presiden PKS dan digantikan oleh Anis Matta tanpa ada gonjang ganjing politik di internal kader. PKS bahkan mampu memenangkan kadernya pada dua pemilihan gubernur, yakni Jawa Barat dan Sumatera Utara serta beberapa pilkada ditengah maraknya pemberitaan media terhadap LHI yang membawa – bawa nama PKS.
Table 1. Kader PKS Memenangkan Pilkada
No
Nama Pilkada
Posisi Kader
Pengusung/ Koalisi
Pelaksanaan
1.
Pilgub Jawa Barat
Gubernur
PKS, PPP & Hanura
24 Februari 2013
2.
Pilkada Sukabumi – Jawa Barat
Wakil Walikota
PKS dan Partai Demokrat
24 Februari 2013
3.
Pilgub Sumatera Utara
Gubernur
PKS, Hanura
7 Maret 2013
4.
Pilkada Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) – Kalsel
Wakil Bupati
PKS, Golkar, PKB dan PDIP
3 April 2013
5.
Pilkada Kabupaten Seruyan – Kalteng
Bupati
Independen – PKS
4 April 2013
6.
Pilkada Kota Bandung – Jawa Barat
Wakil Walikota
PKS - Gerindra
23 Juni 2013
7.
Pilkada Kabupaten Luwu – Sulawesi Selatan
Wakil Bupati
Golkar, PKS, PPP
18 September 2013
Sumber: www.pkspiyungan.org
PARADIGMA KONSTRUKTIVISME
Jesse Delia menjelaskan, Constructivism is a communication theory that seeks to explain individual differences in people’s ability to communicate skillfully in social situations (Griffin. 2012 : 98). Konstruktivisme adalah teori komunikasi yang berusaha untuk menjelaskan perbedaan individu dalam kemampuannya untuk berkomunikasi terampil dalam situasi sosial
Paradigma konstruktivisme dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkonstruksi realias sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Weber melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada masyarakat tetapi dengan beberapa catatan, bahwa tindakan sosial individu berhubungan dengan rasionalitas. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin”, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu (Sani. 2007: 1).
Sementara Deddy N. Hidayat (1999: 39) menjelaskan bahwa ontologi paradigma konstruktivis memandang realitas sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian, kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
Sejauh ini ada tiga macam Konstruktivisme yakni konstruktivisme radikal; realisme hipotesis;  dan konstruktivisme biasa (Suparno. 1997: 25).
1. Konstruktivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologism obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu.
2. Realisme hipotesis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
3. Konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri.
Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.
Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckmann telah direvisi dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”.  Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi;  tahap konfirmasi(Burhan. 2007188-189). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi : Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni: keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahap sebaran konstruksi: prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak  secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.
3. Tahap pembentukan konstruksi realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung  melalui: (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kedua kesediaan dikonstruksi oleh media massa ; (3) sebagai pilihan konsumtif.
4. Tahap Konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi (Burhan. 2007: 14).
PEMBAHASAN
Sering tidak disadari seseorang bahwa realitas yang disampaikan media massa berbeda dari realitas yang sesungguhnya terjadi. Lewat teks berita yang didengar dan dibacanya, seseorang digiring untuk memahami realitas yang telah dibingkai oleh media massa. Pemahamannya terhadap realitas tergantung pada realitas pola media massa. Ia telah terperangkap oleh pola konstruksi media massa. Media massa selain menginformasikan sesuatu tetapi juga memaknakan sesuatu lewat berita-berita yang disuguhkan kepada khalayak.
Pandangan konstruksivisme memahami tugas dan fungsi media massa berbeda dengan pandangan positivisme. Dalam pandangan positivisme, media massa dipahami sebagai alat penyaluran pesan. Ia sebagai sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator (wartawan, jurnalis) ke khalayak (pendengar, pembaca). Media massa benar-benar sebagai alat yang netral, mempunyai tugas utama penyalur pesan. Tidak ada maksud lain. Kalau media tersebut menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian, memang itulah yang terjadi. Itulah realitas yang sebenarnya. Tidak ditambah dan tidak dikurangi.
Dalam pandangan konstruktivisme, media massa dipahami sebaliknya. Media massa bukan hanya saluran pesan, tetapi ia juga subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini, media massa dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. (Lihat Bennett, 1982: 287-288; Hidayat, 1999: 20). Pandangan tersebut menolak argumen yang menyatakan bahwa media sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca dan kita dengar dari media bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang terkemas dalam pemberitaan.
Namun pada sisi lain paradigma konstruktivisme melihat realitas sosial sebagai konstruksi diciptakan oleh individu yang merupakan manusia bebas. Sehingga individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu melalui respon-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.
Meskipun dalam banyak pemberitaan para tersangka kasus daging sapi media cenderung mengaitkannya dengan PKS, namun dalam beberapa pilkada baik pilkada gubernur maupun kabupaten/kota PKS mampu memenangkan calonnya. Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Tjipta Lesmana berpendapat, ada tiga faktor yang sangat menentukan terpilihnya seorang pemimpin. Tiga faktor itu yakni: uang, mesin politik, dan figur (fokus.news.viva.co.id). Sehingga sehebat apapun pemberitaan terhadap PKS, ketika PKS mampu memaksimalkan mesin politik, financial yang cukup serta menampilkan figur-figur yang ditampilkan memiliki nilai jual, maka pada akhirnya masyarakat juga yang akan menentukan, sesuai dengan kontruksi berfikir yang dianut oleh masyarakat tersebut.

DAFTAR BACAAN
Bennett, Tonny. 1982. Media, Reality, Signification. Dalam Michael Gurevitch, Tonny Bennett, dan James Wollacott (ed.). Culture, Society and the Media. London: Methuen.
Bungin, Burhan2007Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta : Kencana,
Hidayat, Deddy N1999Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasidalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,VolIII. Jakarta: IKSI dan ROSDA.
Griffin, Em. 2012. A First Look at Communication Theory. Eight Edition, McGraw Hill.
Suparno1997Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.
DAFTAR SITUS INTERNET
Alhamdulillah, Hari ini PKS Menang di Pilkada Hulu Sungai Selatan Kalselhttp://www.pkspiyungan.org/2013/04/alhamdulillah-hari-ini-pks-menang-di.html
Sani, M. Abdul Halim. 2007. Teori-Teori Sosial; Dari Ilmu Sosial Sekuleristik Menuju Ilmu Sosial Intergralistik. WordPress.com-weblog. Melalui http://abdulhalimsani.wordpress.com/2007/09/06/teori-
Di Pilkada Sukabumi, PKS juga Kalahkan ‘Kotak-kotak’ Satu Putaranhttp://www.pkspiyungan.org/2013/02/di-pilkada-sukabumi-pks-juga-kalahkan.html
Hasil Rekapitulasi KPU di 33 Kabupaten-Kota, ‘Ganteng’ Menangi Pilkada Sumut.http://www.pkspiyungan.org/2013/03/hasil-rekapitulasi-kpu-di-33-kabupaten.html
KPU Tetapkan RIDO Jadi Pemenang Pilwakot Bandunghttp://www.pkspiyungan.org/2013/06/kpu-tetapkan-rido-jadi-pemenang.html
Lesmana, Tjipta, 2012. Ada 3 Faktor Penentu Unggul di Pilkada DKI.http://fokus.news.viva.co.id/news/read/333458-ada-3-faktor-menangi-pilkada-dki
Pasca Kriminalisasi LHI, PKS menang VS keroyokan 12 Parpol di Pilkada Seruyan. http://www.pkspiyungan.org/2013/04/pasca-kriminalisasi-lhi-pks-menang-vs.html
PKS Menang di Tiga Pilkada Sulsel, Salah Satu Calonnya Sekum DPW PKS Sulsel. http://www.pkspiyungan.org/2013/09/pks-menang-di-tiga-pilkada-sulsel-salah.html

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar