A.
Latar
Belakang
Seiring dengan
tingginya produksi, distribusi dan peredaran produk barang dan jasa, beserta iklan-iklan
produksi sedikit banyak mempengaruhi pola pikir masyarakat. Budaya konsumtif
akhirnya lahir sebagai bentuk pemenuhan gaya hidup seperti yang dikampanyekan
dalam iklan.
Faktor
lingkungan memberikan peranan besar pembentukan perilaku konsumtif. Masyarakat
lebih senang belanja barang bermerek meskipun kualitasnya terkadang tidak lebih
baik daripada barang dengan merek yang tidak begitu terkenal. Kecenderungan
demikian terbangun karena terkait citra diri, bahwa dengan mengenakan pakaian
bermerek maka statusnya akan terangkat (Rosandi, 2004).
Gaya hidup
mempengaruhi perilaku seseorang dan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Orang akan
cenderung memilih produk, jasa, atau aktivitas tertentu karena hal itu diasosiasikan
dengan gaya hidup tertentu. Misalnya orang-orang yang berorientasi pada karir
akan memilih pakaian, buku, majalah, komputer, dan barang-barang lainnya yang
berbeda dengan mereka yang berorientasi pada keluarga.
Pada tingkat
lanjut, antara sifat konsumtif dan gaya hidup ini saling terpaut erat. Demi
memenuhi gaya hidup, seseorang akan bersifat konsumtif (melakukan pembelian
produk atau jasa) meskipun hal tersebut bertolak belakang dengan realitas
kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya.
B.
Defenisi
Menurut Rosandi
(2004) perilaku konsumtif adalah suatu perilaku
membeli yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan
karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional
lagi. Sabirin (dalam Wardhani, 2009) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai
suatu keinginan dalam mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang dibutuhkan
secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal.
Menurut Engel,
Blackwell, dan Miniard (1995) dan Mowen (1995) gaya hidup adalah suatu pola
hidup yang menyangkut bagaimana orang menggunakan waktu dan uangnya. Gaya hidup juga dapat didefinisikan sebagai
suatu frame of reference atau
kerangka acuan yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku, dimana individu
tersebut berusaha membuat seluruh aspek kehidupannya berhubungan dalam suatu
pola tertentu, dan mengatur strategi begaimana ia ingin dipersepsikan oleh
orang lain. Gaya hidup terdiri dari kegiatan,
minat, dan opini. Kegiatan adalah
tindakan nyata seperti menonton suatu media, berbelanja di toko, atau
menceritakan kepada orang lain mengenai hal baru (perilaku konsumtif). Minat akan semacam objek, peristiwa, atau
topik adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus
menerus kepadanya. Opini adalah
“jawaban” lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap
situasi stimulus dimana semacam pertanyaan diajukan.
C.
Dampak
Gaya hidup
mempengaruhi perilaku seseorang yang akhirnya menentukan pilihan-pilihan
konsumsi seseorang. Gaya hidup ikut berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan
didukung oleh fasilitas-fasilitas yang ada. (Wagner, 2009: 9). Dalam artian
luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang
lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala
prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Perilaku
konsumtif adalah perilaku manusia yang melakukan kegiatan konsumsi yang
berlebihan.
Perilaku konsumtif ini pada beberapa sisi memberikan
dampak positif, antara lain:
1.
Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga kerja
lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar.
2.
Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan, karena
konsumen akan berusaha menambah penghasilan agar bisa membeli barang yang
diinginkan dalam jumlah dan jenis yang beraneka ragam.
3.
Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang
dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna
mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Namun bila dilihat dari sisi negatifnya, maka
perilaku konsumtif akan menimbulkan dampak:
1.
Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang
akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang
tersebut murah atau mahal, barang tersebut diperlukan atau tidak, sehingga bagi
orang yang tidak mampu mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan
yang seperti itu.
2.
Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak
membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.
3.
Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan mengkonsumsi
lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya di masa
datang.
Dewasa ini gaya hidup pria ”metroseksual” yaitu pria yang menjaga
penampilan, senang berdandan, melakukan perawatan rambut, wajah, dan tubuh
banyak pada pria masa sekarang. Kecenderungan ini membuat industri kecantikan, produk-produk
perawatan wajah dan tubuh menjadi peluang bisnis yang menarik. Perkembangan
produk teknologi informasi beserta iklan-iklan yang mempromosikannya juga telah
melahirkan perlombaan penggunaan gadget,
padahal tidak seluruh pengguna gadget
ini membutuhkan dan menggunakan semua fitur yang dimiliki oleh gadget yang dimilikinya. Munculnya
tempat-tempat hiburan seperti karaoke
keluarga setidaknya telah menambah khasanah gaya hidup dan konsumtif masyarakat
dalam memuaskan hasrat hidupnya.
DAFTAR
REFERENSI
Engel,
James F., Blackwelll, Roger D., Miniard, Paul W. 1995. Consumer Behavior (7th ed). Harcourt Brace College Publisher.
Orlando.
Rosandi,
Andika Filona. 2004. Perbedaan Perilaku
Konsumtif Antara Mahasiswa Pria dan Wanita di Universitas Katolik Atma Jaya.
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya. Jakarta.
Wardhani,
Meida Devi. 2009. Hubungan antara
konformitas dan harga diri Dengan perilaku konsumtif pada remaja putri.
Skripsi. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. http://eprints.uns.ac.id/5067/1/02407200912221.pdf (diakses pada
12 November 2013).
Wagner.
2009. GAYA HIDUP “SHOPPING MALL” SEBAGAI
BENTUK PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI PERKOTAAN (Kasus: Konsumen Remaja di
Tiga One Stop Shopping Mall di Jakarta). Skripsi. Departemen Sains
Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14508/1/10E00081.pdf (diakses pada
12 November 2013).