Pak Ahad bersilaturahim dgn Gus Sholah, yg tak lain adalah sepupu dari neneknya (Nyai Abidah)
Pemilu lalu menyisakan banyak kenangan. Salah satu yang melekat dibenak saya adalah ini ; Suatu pagi saya mendamping Caleg PKS Propinsi Jabar dapil Karawang-Purwakarta, Ir Abdul Hadi Wijaya MSc (selanjutnya disebut Pak Ahad) blusukan di Purwakarta. Rencananya kami akan mengunjungi beberapa titik, salah satunya bertemu seorang Ajengan (pemuka agama/Kyai) di daerah Bojong.
Sesampainya di rumah Pak Kyai, kami dipersilakan duduk. Maka dimulailah perkenalan. Dengan lancar Pak Ahad memperkenalkan dirinya. Yang membuat saya kaget adalah, ketika selesai menjelaskan bahwa dirinya adalah cicit dari pendiri NUHadratusy Syaikh KH Hasyim Asy'ari, Pak Kyai (yang jelas-jelas lebih tua) tiba-tiba mencium tangan Pak Ahad. Saya lihat Pak Ahad balas mencium tangan Pak Kyai sekaligus merangkulnya. Dan dengan mata berkaca-kaca Pak Kyai berucap, "Sungguh saya merasa senang dan bangga dikunjungi oleh turunan Hadratus Syaikh..". Saya terpana...
Sebelumnya saya sering mendengar dan membaca bahwa di kalangan NU, tradisi cium tangan adalah bentuk ihtiram (penghormatan) mereka terhadap seseorang yang lebih tua, atau kepada kyai/ gurunya. Sekarang saya saksikan dengan mata kepala sendiri! Dalam hal Pak Ahad, tentu cium tangan Sang Kyai tadi bentuk penghormatan beliau secara tidak langsung kepada Hadratus Syaikh melalui cicitnya. Menurut saya sih..
Pak Ahad lahir di Surabaya tanggal 25 Nopember 1957. Mbah buyut beliau, Choiriyah adalah anak pertama Syaikh Hasyim Asyari. Seperti kita ketahui, anak kelima Hadratus Syaikh adalah Abdul Wahid Hasyim, ayah dari mantan presiden Abdurrahman Wahid. Choiriyah menetap di Makkah, melahirkan putri bernama Abidah binti Ma'shum Ali. Abidah kemudian menikah dengan KH Mahfudz Anwar ( mantan ketua Lajnah Falakiyah PBNU ). Dari situlah lahir Hamnah, ibunda dari Pak Ahad. Ayah Pak Ahad adalah Drs Abdul Mughni yang masih kerabat dari KH Alawy Muhammad Sampang, Madura.
Berbeda dengan saudara-saudaranya, Pak Ahad menempuh pendidikan "sekuler". Beliau mendapatkan beasiswa ke Belanda selama 10 tahun. Jadi meski turunan Hadratus Syaikh, jangan ajak bahasa Arab, tapi kalau bahasa Londo cascus Bro hehe..Di negeri Arjen Robben inilah beliau bersentuhan dengan dakwah dan aktif di dalamnya. Hingga kembali ke tanah air dan bekerja di IPTN. Terakhir beliau menjabat Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan DPW PKS Jawa Barat.
Sudah jadi isu lima tahunan, bahwa PKS itu wahabi lah, anti qunutlah, anti tahlil lah, anti rajaban lah dan anti-anti lainnya. Ini sering dijadikan senjata oleh lawan politik untuk menghantam PKS di masyarakat yang mayoritas Nahdliyin. Kehadiran Pak Ahad punya arti tersendiri dalam mengkounter isu tersebut. Hampir semua pesantren yang didatangi menyambut dengan tangan terbuka. Bahkan seorang tokoh NU Purwakarta pernah menyampaikan secara terbuka ke jamaahnya mendukung Pak Ahad. Katanya sih bukan karena PKSnya, tapi karena turunan darah biru NUnya ituh!
Dari rekapitulasi internal berdasarkan C1, insyaallah Pak Ahad berhasil duduk menjadi anggota DPRD Jawa Barat. Kita doakan beliau amanah dan diberi kekuatan mewakili konstituen, terutama kalangan pesantren yang banyak tersebar di Purwakarta dan Karawang.